Rabu, 02 April 2008

T I R A I

TIRAI

Cakrawala di batas – batas landainya

Senja…!

Mega – mega di sela sela lembayung

Merah Jingga…

Kutatap langkah, ku ayun mencari kehidupan yang penuh arti

Tirai-tirai cinta kini bertepi

Seirama…!

Pudarnya mentari…. i ujung malam…

Desir –desir tiupan angin malam

Membawa anganku.. iwa melayang……

Harapan…

Curahan hati ini bergetar…

Tatkala penantian datang menjelma

Tiada nestapa… tiada kabut….Terhempas lenyap….

Ditelan kepastian………………………..

Tiada desah….

Didalam hati ini lagi

TEGAR

TEGAR

Remang petang di ufuk barat

Cakrawala merah menghiasi senja

Deras ombak pantai samudera memecah karang

Membelah butiran…..!

Disini…

Di tepi pantai yang landai

Ku menatap laut nan lepas

Membentur karang, melepas kesedihan

Setegar karang langkah ku ayun

Walau setiap saat terhempas

Ombak samudera yang ganas

Tak akan mundur…

Trus melangkah

Gita malam truz mengalun

Lembut… penuh kesyahduan…

Bayu membelai… airan berpuput….

Membuat… aman….

Hari gelisah terasa tentram….

Lupakan semua kenangan…

Demi sebuah persahabatan..


PERTANYAAN MEREKA

PERTANYAAN MEREKA

Salahkah mereka…………?

Jika berpaling dari janji-janji…!

Yang pernah terpotret

Padahal sudah terlalu lama mengunci diri

Dari segala titik dan koma.. koma…

Salahkah mereka…..?

Jika melangkahi garis batas

Yang telah lama terpasang

Pada raga yan telah rapuh..?

Padahal kesabaran telah lama mengekang diri

Dari setiap Tanya-tanya

Salahkah mereka…?

Jika mereka memutuskan diri dari semua tali rasa

Yang tak pernah punya rencana

Meski harus melangkahi lelah

Pada semua lorong yang telah tercecer aliran darah

GALAU

KEGALAUAN

Saat gulau tanpa raut

Kita usir tembang biru

Dan bentengku makin megah

Lindungi jiwa di tengah badai

Tatkala larutnya malam terasa dinginya mencekam

Rembulan bertanya malu

Tembang kita kuncup……

Runtu sepi gempita

Aku terhimpit di buai harap

Terjebak diantara prinsip dan profesi

Dapatkah aku bertahan..?

Pelangi jiwa mulai semar

Terkikis waktu yang tak pasti

Aku rebah….

Terbaring di rumputan kemarau

Harapanku telah termala

Ku buka sehelai daun jendela

Sepi mengalan sendu

Ku tangguk aroma yang terhempas

Resah menggelisah

Sekelilingku meriah

Duka membengkak

Tembang pun lenyap


TAK MUNGKIN

TAK MUNGKIN

Tak mungkin lagi kita berlabuh pada muara

Tak mungkin aku dermaga yang terakhir

Adalah sebuah interlude bagimu

Bebaskan hampa yang menyiksa

Sementara terlalu berat untuk di salami

Sebagai beban yang menyiksa hari – hari ku

Sayang,,,,,

Untuk apa lagi kepura-puraan ini

Bebaskan aku bagai kapak elang di tengah sepi

Bila tak ada lagi cerita buat kita

Bila tak mungkin lagi damai mu

Menyertai langkah kita

Kutahu hanya sebuah pelarianmu

Mentari senja menetas tuk menyibak lagi jalanan

Bebaskan menapak dan dadungkan kehidupan

Aku akan memberinya arti

Seperti tuham mengukir sebuah puisi hidup

Kasih…..

Tak mungkin kita tertaut pada sebuah dermaga

Selasa, 01 April 2008

harapan semu

Bila kau masih menganggap ku sebagai teman
jangan pernah beri harapan dalam hidup ku ini
karena aku manusia yang butuh cinta dan kasih sayang
dari mu seorang

jika kamu bimbang memilih antara aku dan dia
ku relakan...
karena aku tak ingin bersatu dalam impian yang lain
semoga terbaca oleh mu...

2 April '08

di sudut kota

termangu ku disudut kota
menatap senja yang kelabu
tepian pantai.......
suram........

keheningan yang selalu menyelimuti
menggerogoti sendi dan belulang ku
perih....
ku merintih..........
tanpa noktahnya...

bayangan yang dulu mengambang kini hinggap
se akan kegalauan itu hilang sesekita
bisa kah dan akankah ini semua berakhir?
saat interlude berlabuh di tepian muara


PERTANYAAN MEREKA

Salahkah mereka…………?

Jika berpaling dari janji-janji…!

Yang pernah terpotret

Padahal sudah terlalu lama mengunci diri

Dari segala titik dan koma.. koma…

Salahkah mereka…..?

Jika melangkahi garis batas

Yang telah lama terpasang

Pada raga yan telah rapuh..?

Padahal kesabaran telah lama mengekang diri

Dari setiap Tanya-tanya

Salahkah mereka…?

Jika mereka memutuskan diri dari semua tali rasa

Yang tak pernah punya rencana

Meski harus melangkahi lelah

Pada semua lorong yang telah tercecer aliran darah